3 Ciri Utama Gaya Hidup Gen Alfa di Era Serba Digital

AdaKami.id – TemanKami, pasti kalian sudah tidak asing lagi dengan Generasi Alfa, yaitu mereka yang lahir mulai tahun 2010 ke atas. Generasi ini tumbuh di era serba digital, di mana gadget, media sosial, dan internet sudah menjadi bagian dari keseharian sejak kecil. Pola interaksi, cara belajar, hingga gaya hidup mereka pun sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang begitu cepat (McCrindle, 2023). Tidak heran, jika Gen Alfa terlihat lebih adaptif terhadap tren digital dan cenderung cepat membentuk pola konsumsi baru.

Namun, di balik kemudahan teknologi, ada tantangan finansial yang perlu diperhatikan. Gen Alfa semakin akrab dengan sistem cashless, mulai dari e-wallet sampai belanja online, sehingga keputusan finansial mereka sering dipengaruhi oleh gaya hidup instan dan perilaku impulsif. 

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kemudahan transaksi digital dapat mendorong perilaku konsumtif, sementara rendahnya literasi keuangan memperbesar risiko tersebut (Dewi Sari & Andi Putra, 2025; Rina Fadilah, 2024). Apabila tidak dibekali dengan literasi keuangan sejak dini, besar kemungkinan mereka tumbuh menjadi generasi yang konsumtif tanpa kendali. Oleh karena itu, memahami perilaku konsumsi Gen Alfa penting agar kita semua bisa membantu mereka mengelola uang dengan lebih bijak (Hakim, 2023). 

Agar TemanKami mengetahui lebih dalam mengenai tantangan finansial Generasi Alfa dan cara membekali mereka dengan literasi keuangan yang tepat, yuk, baca artikel ini sampai selesai!

1. Akrab dengan Transaksi Digital

Bagi Gen Alfa, uang tunai bukan lagi hal utama. Sejak kecil, mereka sudah terbiasa melihat orang tuanya melakukan pembayaran dengan e-wallet, QRIS, atau aplikasi perbankan. Akibatnya, uang menjadi sesuatu yang tidak terlihat dan terasa kurang nyata. Inilah yang berisiko membuat anak menganggap transaksi digital sekadar angka di layar tanpa menyadari nilai di baliknya. Padahal, setiap klik atau tap yang mereka lakukan sama artinya dengan mengeluarkan uang dari dompet (Haruman & Noviana, 2025).

Dalam mengatasi hal ini, TemanKami bisa mulai mengenalkan konsep uang secara nyata, meskipun lewat media digital. Misalnya, memberikan uang saku melalui aplikasi e-wallet khusus anak yang transparan dan memiliki fitur pelaporan. Dengan begini, mereka dan kamu sebagai orang tua bisa melihat riwayat transaksi serta sisa saldonya. (Dewi Sari & Andi Putra, 2025).

2. Cenderung Impulsif dalam Belanja

TemanKami, di tengah derasnya paparan iklan digital, promo e-commerce, rekomendasi algoritma dari YouTube dan TikTok, Generasi Alfa menunjukkan kecenderungan berbelanja secara impulsif. Semua itu dirancang agar anak mudah tergoda membeli sesuatu yang sedang tren atau terlihat menarik. Karena masih dalam tahap perkembangan, mereka biasanya langsung meminta orang tua membeli tanpa banyak pertimbangan sehingga keputusan konsumsi lebih banyak dipicu oleh rasa ingin sesaat dibandingkan kebutuhan nyata (CNBC Indonesia, 2025).

TemanKami bisa mulai melatih anak untuk terbiasa menunda keputusan pembelian. Misalnya, ketika anak ingin suatu barang, buat aturan sederhana bahwa mereka baru boleh membelinya setelah menunggu satu atau dua minggu. Waktu tunggu ini memberi ruang bagi mereka untuk berpikir ulang, apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau hanya keinginan sesaat. Kamu juga bisa melibatkan anak dalam proses mencatat pengeluaran mingguan, lalu mendiskusikannya bersama. Dengan begitu, anak akan menyadari pola belanjanya sendiri. Penelitian menunjukkan keterlibatan aktif orang tua dalam proses pengelolaan uang anak terbukti mampu menekan perilaku konsumtif sejak dini (Rina Fadilah, 2024).

3. Terpengaruh Gaya Hidup Instan

TemanKami, Generasi Alfa tumbuh di era serba cepat, mulai dari menonton film yang cukup sekali klik, memesan makanan lewat aplikasi, hingga belanja online yang bisa langsung diantar ke rumah. Kebiasaan ini membentuk pola pikir bahwa segala sesuatu bisa didapatkan secara instan. Sayangnya, pola hidup seperti ini membuat mereka kurang terbiasa dengan proses yang membutuhkan waktu, termasuk menabung atau merencanakan keuangan (Ulfah & Santosa, 2023).

Untuk membantu mereka mengatasi hal ini, TemanKami dapat mengajak anak untuk belajar melalui pengalaman langsung. Misalnya, mengajak anak menabung bersama untuk tujuan jangka pendek, seperti membeli mainan atau jalan-jalan sambil menunjukkan perkembangan tabungan setiap minggunya. Selain itu, orang tua bisa melibatkan anak dalam aktivitas yang mengajarkan kesabaran, seperti merawat tanaman atau membuat proyek sederhana yang hasilnya baru terlihat setelah beberapa waktu. Dengan cara ini, anak belajar bahwa tidak semua hal bisa diperoleh seketika. Selain itu, anak juga bisa merasakan kepuasan tersendiri dari usaha yang dijalani secara bertahap (CNBC Indonesia, 2025).

Itu dia beberapa contoh perilaku Gen Alfa beserta cara mengatasinya. Bagi TemanKami yang penasaran bagaimana cara mengatur tabungan untuk anak, kamu dapat membaca artikel AdaKami lainnya di sini, ya!”